sekarang saya lgi semangat semnagtnya nih,menyuguhkan altikel tentang apa apa saja yang berhubungan dengan pacaran,karena sekarang ini remaja muslim sudah banyak yang berpacaran,bahkan menjadikannya hobi...nauzubillah
Disini saya akan mengupas tentang pacaran, tidak ada salahnya kan menegur sesama muslim? Bukankah Allah telah berfirman, “Dan tetaplah memberi peringatan karena peringatan itu bermanfaat.” (Adz-Dzariyat ayat 55). Ya udah, langsung saja deh.
Pacaran Itu Hukumnya HARAM
Kita sebagai umat muslim sudah tahu kalau pacaran itu hukumnya haram. Bahkan, sebatas bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan mahram pun hukumnya adalah haram. Tidak ada manfaat dari pacaran,
malah banyak banget mudhorotnya. Seperti mengganggu pelajaran,
membuang-buang waktu, membuang-buang uang, rentan hamil di luar nikah
dan sebagainya.
Pacaran itu hukumnya haram
walau kamu berdalih pacaran jarak jauh sehingga tidak mungkin kontak
fisik dan sebagainya. Walau kamu mencari-cari dalil yang bisa
menghalalkan pacaran dan sebagainya. Sebagaimana ayat Al-Qur’an yang
berbunyi:
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (Al-Isra ayat 32)
Di ayat ini tertulis bahwa janganlah kita
mendekati zina. Jangan mendekati zina itu berarti jangan pacaran, karena
zina (baca: seks bebas) pasti dimulai dari pacaran. Pacaran itu kan
identik dengan pegang-pegangan tangan, pelukan, bahkan ciuman dan
ujung-ujungnya bisa jadi hamil di luar nikah… Iiih, naudzubillah…
Zina itu sendiri terdiri atas beberapa jenis. Zina
mata, zina tangan, zina kaki, zina telinga, zina mulut, zina hidung,
zina kemaluan, dan zina hati. Jadi walaupun pacaran jarak jauh, yakin
bisa menjaga hati?
Atau mungkin sebatas telepon. Suara wanita itukan
hukumnya adalah aurat jika didengar oleh yang bukan mahram. Tidak
mungkin kan, di telepon kamu tidak mendengar suaranya.
Dalil-Dalil Tentang Haramnya Pacaran
Berikut adalah dalil-dalil tentang haramnya berpacaran dari Al-Qur’an dan As-sunah:
1. Rasulullah SAW bersabda, “Kebanyakan yang menyebabkan seseorang masuk neraka adalah fajr (kemaluan)”
2. Dari Ma’qil bin Yasar bin Nabi SAW, beliau bersabda, “Sesungguhnya
ditusuknya kepala salah seorang dari kamu dengan jarum besi itu jauh
lebih baik daripada ia menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Thabrani dan Baihaqi)
3. Dari
Asy-Syabi bahwa Nabi saw. ketika membai’at kaum wanita beliau membawa
kain selimut bergaris dari Qatar lalu beliau meletakkannya di atas
tangan beliau, seraya berkata, “Aku tidak berjabat (baca: menyentuh) tangan dengan wanita.” (HR Abu Daud dalam al-Marassi)
4. Hadits yang lain berbunyi, “Tidak
halal darah seorang muslim, kecuali tiga orang, yaitu laki-laki yang
berzina, orang yang membunuh jiwa, dan orang yang meninggalkan agamanya.”
5. Sa’ad bin Ubadah berkata, “Seandainya aku melihat seorang laki-laki berzina dengan istriku, maka akan aku penggal leher laki-laki itu dengan pedang”
Perkataan Sa’ad itu sampai ke telinga Rasulullah SAW, dan beliau berkata, “Apa
kalian heran dengan kecemburuan Sa’ad? Sesungguhnya aku lebih cemburu
daripada Sa’ad dan Allah lebih cemburu daripada aku. Oleh karena itu,
Allah mengharamkan kekejian-kekejian yang tampak dan yang tersembunyi.”
6. “Sesungguhnya
Allah cemburu (tersinggung) dan seorang mukmin harus cemburu.
Ketersinggungan Allah adalah ketika hamba-Nya melakukan apa yang
dilarang Allah.” (HR. Bukhari Muslim)
7. Dalam hadits lain ketika beliau berkhotbah sholat gerhana matahari, beliau bersabda: “Wahai
umat Muhammad, tidak ada yang lebih tersinggung (ghirah) melebihi Allah
ketika ketika seorang hamba laki-laki dan perempuan berzina. Hai umat
Muhammad, seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya
kalian akan banyak menangis dan sedikit tertawa.”
8. Dan sebagaimana disebutkan oleh Anas bin Malik, “Akan
aku beritahu berita yang tidak akan diberitakan oleh seorangpun
sesudahku. Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, Termasuk tanda-tanda
kiamat adalah diangkatnya ilmu dan menyebarnya kebodohan, maraknya
minuman khamar, dan perzinaan…”
9. “Katakanlah
(Muhammad) kepada laki-laki yang beriman, ‘hendaklah mereka menahan
sebagian pandangan mata mereka dan memelihara kemaluan mereka, yang
demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
apa yang mereka perbuat.’ Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang
beriman, ‘hendaklah mereka menahan sebagian pandangan mata mereka dan
memelihara kemaluan mereka…” (An-Nur ayat 30-31)
10. “Aku
pernah bertanya kepada Rasulullah SAW tentang pandangan tiba-tiba
(tanpa sengaja), maka beliau memerintahkan aku untuk memalingkan
pandanganku.” (HR Muslim no. 5609)
11. Dan juga sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya
Allah menetapkan atas anak Adam bagiannya dari zina-zina. Maka zinanya
mata dengan memandang (yang haram), zinanya lisan dengan berbicara.
Sementara jiwa itu berangan-angan dan berkeinginan, sedangkan kemaluan
yang membenarkan semua itu atau mendustakannya.” (HR Al-Bukhori no 6243 dan Muslim no. 2657)
12. “Dia mengetahui pandangan mata yang khianat dan apa yang disembunyikan dalam dada.” (Ghafir ayat 19)
13. Ibnu Abbas r.a. berkata, “ayat
ini terkait dengan seorang laki-laki yang duduk pada suatu kaum. Lalu
lewatlah seorang wanita. Namun bila teman-temannya melihat dirinya, dia
menundukkan pandangannya. Sungguh Allah SWT mengetahui keinginan
dirinya. Ia ingin andai dapat melihat aurat si wanita.” (Al Jami’li Ahkamil Qur’an, 15/198)
14. “Tidaklah kutinggalkan suatu ujian yang lebih berat bagi laki-laki
melebihi wanita” (HR Bukhari no 4808 dan Muslim no 2740 dari Usamah bin Zaid).
15. “Sesungguhnya awal kebinasaan Bani Israil adalah disebabkan masalah wanita” (HR Muslim no 7124 dari Abu Said al Khudri
15. “Sesungguhnya awal kebinasaan Bani Israil adalah disebabkan masalah wanita” (HR Muslim no 7124 dari Abu Said al Khudri
16. “Janganlah seorang laki-laki berduaan
dengan seorang wanita yang tidak halal baginya karena sesungguhnya syaithan
adalah orang ketiga di antara mereka berdua kecuali apabila bersama mahromnya.
(HR. Ahmad no. 15734. Syaikh Syu’aib Al
Arnauth mengatakan hadits ini shohih dilihat dari jalur lain)
17. “Dijadikan
indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)“. (Q.S. Ali
Imran: 14).
18. “Maka
janganlah kamu tunduk (bersuara lembut) dalam berbicara sehingga
berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan
yang baik“. (QS. Al-Ahzab:32).
19. “Hati-hatilah
kalian dari masuk menemui wanita”. Seorang lelaki dari kalangan Ashar berkata,
“Bagaimana pendapatmu dengan kerabat suami?” Maka Rasulullah -Shollallahu
‘alaihi wasallam- bersabda, “Mereka adalah kematian (kebinasaan)“. [HR.
Al-Bukhoriy (5232), Muslim (2172), dan At-Tirmidziy (1171)]
20. “Ada tiga
golongan yang sungguh Allah haramkan baginya surga: pecandu khomer, orang yang
durhaka (kepada orang tuanya), dan dayyuts yang membiarkan perbuatan keji dalam
keluarganya“. [HR. Ahmad dalam Al-Musnad (2/69/no. 5372). Hadits ini
di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Shohih Al-Jami’ (3047)] (Maksud dari hadits ini adalah kedua orang tua pelaku pacaran tidak akan
masuk surga jika mereka membiarkan anaknya melakukan perbuatan keji
21. “Apabila
kamu minta sesuatu (makanan) kepada mereka
(isteri-isteri Nabi), maka mintalah dari balik tabir. Karena yang demikian itu
lebih dapat membersihkan hati-hati kamu dan hati-hati mereka itu,”
(isteri-isteri Nabi), maka mintalah dari balik tabir. Karena yang demikian itu
lebih dapat membersihkan hati-hati kamu dan hati-hati mereka itu,”
22. “Wanita
itu adalah aurat (harus ditutupi), bila ia ia keluar dari rumahnya, maka setan
akan mengesankannya begitu cantik (di mata lelaki yang bukan mahramnya).” (Riwayat At Tirmizy dan lainnya)
23. “Orang-orang yang (semasa di dunia) saling
mencintai pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain
kecuali orang-orang yang bertaqwa.” (Qs. Az Zukhruf: 67)
24. Benar adanya firman Allah Swt. (yang artinya): “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya
sebagai tuhan-nya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmuNya dan Allah telah
mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas
penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah
(membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (QS
al-Jaatsiyah [45]: 23)
25. “Janganlah
seorang laki-laki berdua-duaan dengan wanita kecuali bersama mahramnya.” (HR.
Bukhori dan Muslim)
26. “Sesungguhnya
saya tidak berjabat tangan dengan wanita.” (HR. Malik , Nasa’i, Tirmidzi, Ibnu
Majah, Ahmad)
27. Telah
berkata Aisyah ra, “Demi Allah, sekali-kali dia (Rasul) tidak pernah menyentuh
tangan wanita (bukan mahram) melainkan dia hanya membai’atnya (mengambil janji)
dengan perkataaan.” (HR. Bukhari dan Ibnu Majah).
28. “Wahai
Ali, janganlah engkau meneruskan pandangan haram (yang tidak sengaja) dengan
pandangan yang lain. Karena pandangan yang pertama mubah untukmu. Namun yang
kedua adalah haram” (HR. Abu Dawud , At-Tirmidzi dan dihasankan oleh Al-Albani)
29. “Pandangan
itu adalah panah beracun dari panah-panah iblis. Maka barangsiapa yang
memalingkan pandangannya dari kecantikan seorang wanita, ikhlas karena Allah,
maka Allah akan memberikan di hatinya kelezatan sampai pada hari? Kiamat.”(HR.
Ahmad)
30. Telah berkata Abu Asied: Rasulullah Saw pernah keluar
dari masjid, padahal di waktu itu laki-laki dan wanita bercampur di jalan, maka
sabda Rasulullah (kepada wanita-wanita): mundurlah! bukan hak kamu berjalan di
tengah jalan; hendaklah kamu ambil pinggir jalan (HR. Abu Daud).(Jika bercampur baur antara ikhwan akhwat bukan mahram saja tak boleh apalagi pacaran?)
31. “Ada seorang lelaki, yang sudah masuk Islam, datang kepada Nabi
Shallallahu’alaihi Wasallam mengakui dirinya berbuat zina. Nabi
berpaling darinya hingga lelaki tersebut mengaku sampai 4 kali. Kemudian
beliau bertanya: ‘Apakah engkau gila?’. Ia menjawab: ‘Tidak’. Kemudian
beliau bertanya lagi: ‘Apakah engkau pernah menikah?’. Ia menjawab:
‘Ya’. Kemudian beliau memerintah agar lelaki tersebut dirajam di
lapangan. Ketika batu dilemparkan kepadanya, ia pun lari. Ia dikejar dan
terus dirajam hingga mati. Kemudian Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam
mengatakan hal yang baik tentangnya. Kemudian menshalatinya” (HR. Bukhari no. 6820)
32. “Pezina tidak dikatakan mu’min ketika ia berzina” (HR. Bukhari no. 2475, Muslim no.57)
33. “Mengasingkan pezina itu sunnah” (HR. Ibnu Hazm dalam Al Muhalla, 8/349)
34. Abu Hurairah berkata: “‘Iman itu suci. Orang yang berzina, iman meninggalkannya. Jika ia menyesal dan bertaubat, imannya kembali‘” (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Syu’abul Iman, di-shahihkan Al Albani dalam Takhrij Al Iman, 16) (Banyak sekali hadits-hadits tentang besarnya dosa zina, maka jangan dekati zina melalui pacaran. Oke?)
35. "Dan janganlah kamu mendekati zina, karena sesungguhnya zina itu adalah
faahisah (perbuatan yang keji) dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh
oleh seseorang)” [Al-Israa : 32]
Para ulama menjelaskan bahwa firman Allah Subhanahu wa Ta’ala : “Janganlah kamu mendekati zina”, maknanya lebih dalam dari perkataan : “Janganlah kamu berzina” yang artinya : Dan janganlah kamu mendekati sedikit pun juga dari pada zina [1]. Yakni : Janganlah kamu mendekati yang berhubungan dengan zina dan membawa kepada zina apalagi sampai berzina. [2]
Para ulama menjelaskan bahwa firman Allah Subhanahu wa Ta’ala : “Janganlah kamu mendekati zina”, maknanya lebih dalam dari perkataan : “Janganlah kamu berzina” yang artinya : Dan janganlah kamu mendekati sedikit pun juga dari pada zina [1]. Yakni : Janganlah kamu mendekati yang berhubungan dengan zina dan membawa kepada zina apalagi sampai berzina. [2]
Perbedaan Pacaran dengan Ta’aruf
Kalian mungkin bertanya-tanya, bukankah pacaran
adalah ajang mengenal satu sama lain? Bagaimana bisa menikah kalau tidak
pacaran dulu? Aku bilang bisa dengan cara Islam. Islam mengajarkan
kepada calon suami istri untuk saling mengenal terlebih dahulu yang
disebut ta’aruf. Tentu saja ta’aruf lebih sopan dan lebih terarah karena
calon suami istri dikenalkan oleh keluarga masing-masing. Secara logika
saja, kalau pacaran kan, fulanah selalu mencoba untuk menutup kejelekan
dirinya dari si fulan dan memperlihatkan sisi baiknya saja, begitu juga
si fulan kepada si fulanah. Kalau ta’aruf, mulai dari kebaikan sampai
kejelekan setiap pasangan pasti disebut oleh keluarga, jadi setelah
menikah tidak ada penyesalan apapun.
Aku juga berani bilang, kalau pernikahan yang dimulai
dari ta’aruf lebih bertahan lama daripada yang dimulai dengan pacaran.
Kenapa? Berikut perbedaan pacaran dengan ta’aruf.
1. Seperti
yang aku tulis barusan, dari ta’aruf kita bisa menerima kekurangan diri
pasangan kita mengingat diri kita yang juga punya banyak kekurangan.
Tidak seperti pacaran dimana setiap pasangan berusaha untuk
menutup-nutupi kekurangan dirinya dan tampil sebaik mungkin di depan
kekasihnya.
2. Kalau
pacaran berarti manis-manisnya sudah dihabiskan di awal, setelah
menikah tinggal sepahnya doang. Kalau ta’aruf, manis-manisnya tentu saja
dinikmati setelah menjadi halal. Kitapun merasa disayang oleh Allah SWT
karena tidak ada keresahan sedikitpun.
3. Orang
yang berta’aruf biasanya terbimbing dan ter-tarbiyah. Senantiasa
menegakkan syariat Allah dan al-Millah. Mereka biasanya adalah
orang-orang yang tahu hukum agama kalau bercerai adalah hal yang sangat
Allah benci. Berbeda dengan masyarakat awam kebanyakan yang
menyelesaikan masalah dengan bercerai. Contohnya gosip perceraian artis
yang menjamur di infotainment. Mereka pasti memulai pernikahan dengan
pacaran, kan?
Orang yang memulai pernikahan dengan berpacaran
biasanya (aku tidak bilang seluruhnya)adalah orang yang tidak mengenal
hukum agama. Mereka biasa pergi berduaan, ikhtilat, berpegangan tangan,
berpelukan, dan berciuman. Tidak ada jaminan si cewek tidak akan hamil
di luar nikah lalu aborsi karena cowoknya tidak mau bertanggung jawab.
Cinta Menurut Agama Islam
Sebagian orang mengira kalau Islam tidak
menempatkan cinta pada tempat yang proporsional dan tidak tahu apa cinta
itu. Padahal, pada hakikatnya perkiraan orang-orang itu merupakan
cermin kebodohan. Tentu saja jauh berbeda cinta menurut masyarakat awam dan cinta menurut agama Islam.
Cinta menurut masyarakat awam tidak lain adalah
cinta kepada lawan jenis, cinta nafsu syahwat, cintanya shakespeare, dan
cinta seperti yang disenandungkan lagu band-band di Indonesia. Tidak
perlu dijelaskan, teman-teman pasti sudah tahu.
Sementara, cinta menurut agama Islam adalah cinta
yang paling mulia karena ditempatkan di tempat yang tertinggi. Terjaga
dari hal yang tidak-tidak. Itulah cintanya onta betina yang menyusui
anaknya, cintanya bayi menyedot air susu ibunya, cintanya burung yang
membuat sarang untuk anak-anaknya, cintanya para syuhada yang
mengorbankan darahnya di medan perang. Mereka rela jiwa mereka lebur
dalam kilatan pedang, punggung mereka jauh dari tempat tidur, bahkan
mereka rela menafkahkan seluruh harta mereka demi mencari keridhaan Dzat
yang Maha Cinta.
Dr. A’id Al-Qarny menuliskannya dalam buku beliau, Korban-Korban Cinta kalau cinta itu ada dua macam, cinta duniawi dan cinta ilahiyah.
1. Cinta
duniawi bernuansa kehidupan dunia, berbau tanah dan berada pada tataran
yang rendah. Ini merupakan cinta murahan dan senda gurau.
2. Cinta ilahiyah, cinta yang bernuansa langit. Berada pada tataran yang tinggi dan merupakan cermin dari ketaatan dan ibadah.
Imru’ul-Qais jatuh cinta kepada seorang gadis
bernama Laila. Abu Jahal mencintai Uzza dan Manat. Qarun Mencintai Emas.
Abu Lahab mencintai kedudukan. Mereka semua bangkrut (baca: masuk
neraka), karena mereka semua telah melakukan kesalahan yang sangat
fatal. Adapun cinta Bilal bin Rabah adalah cinta kepada kebajikan.
Ketika dia dibaringkan di atas pasir yang panas di bawah terik sinar
matahari, tubuhnya tertindih sebuah batu besar, dia berseru kepada
Penguasa bumi dan langit, “Ahad, ahad.” Karena di dalam hatinya ada iman
yang teguh seteguh gunung uhud.
Renungan
Ada sebuah cerita dimana terdapat seorang wanita
yang sangat menc intai suaminya. Saking cintanya kepada suaminya, wanita
tersebut rela menggantikan suaminya bekerja siang malam. Sementara sang
suami hanya menunggu di rumah yang rumah itu merupakan milik sang
istri. Suatu hari ketika wanita itu baru saja pulang kerja, sang istri
melihat sang suami sedang menari telanjang dengan wanita lain di atas
kasur kamar mereka. Keduanya mabuk. Tapi apa yang dilakukan sang istri?
Dia tetap memaafkan suaminya saking mencintai suaminya itu.
Bagaimana kalau aku bilang sang suami itu adalah kita?
Bagaimana mungkin kita lebih mencintai manusia
dibandingkan Allah? Padahal apapun nikmat yang kita rengkuh semua
berasal darinya. Pikirkan deh, mulai dari tangan kita, kaki kita, mata
kita, hidung kita, dan seluruh tubuh kita adalah bukan milik kita
melainkan milik Allah tapi malah kita gunakan untuk bermaksiat
kepada-Nya. Tapi Allah Maha Pengampun sebanyak apapun dosa yang
berlumuran dalam diri. Allahu Akbar…
Akhir yang Merupakan Awal
Bismillah… ini bukanlah penutup melainkan awal
dari lembaran barumu, akhi/ukhti. Aku tahu, memang berat putus dengan si
dia, jika tidak berat maka tidak mungkin cowok yang mengaku ikhwan itu
terus bertahan dengan pacarnya. Tapi percaya deh, azab Allah jauh lebih
berat lagi. Toh, jika akhirnya memang jodoh akan bersatu juga, kan? Atau
kalau memang bukan jodoh, yakinlah jika jodoh yang Allah tentukan
adalah jodoh yang terbaik untuk kita dan senantiasalah berdo’a agar kita
bisa mencintai orang yang kita nikahi.
Hanya kepada Allahlah kami memohon, agar
menjadikan kami termasuk orang-orang yang dicintai-Nya dan termasuk
syuhada’ di jalan-Nya.
Wallahu’alam."Maka barangsiapa yang durhaka dan mengutamakan kehidupan dunia, sesungguhnya nerakalah tempat tinggalnya. Adapun orang yang takut akan kebesaran Alloh dan menahan dirinya dari gejolak nafsunya, sesungguhnya syurgalah tempat tinggalnya". (QS. An-Naazi'at(79): 37-41)
2 komentar:
Bagus banget artikelnya :)
Assalamualaykum.
terima kasih :) , boleh request artikel :)
Posting Komentar
jangan lupa memberi komentar ya :)